Kamis, 18 Maret 2010

Malam Pertama Dengan Asuransi

Saya merupakan 1 dari berjuta-juta orang indonesia yang apabila ditawari dengan asuransi maka akan melakukan jurus-jurus maut untuk menolak penawaran tersebut. pemikiran akan hal tersebut berlangsung sampai dengan saya berumur 28 atau tepat nya pada bulan April 2009.

Pada awal tahun 2009 bulan Februari, ibu saya yang berumur 53 tahun meninggal akibat penyakit Hepatitis C (Sirosis Hati/Kanker Hati). Perlu diketahui bahwa beliau adalah dokter dan pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Pada umumnya orang melihat bahwa dokter adalah orang yang biasa menyembuhkan berbagai penyakit pasien-pasiennya. sehingga bisa dikatakan bahwa seorang dokter pasti terbiasa untuk hidup sehat. Dan dalam pemikiran saya sebagai putranya yang biasa diasuh dan di didik oleh ibu yang berprofesi sebagai seorang dokter sudah barang tentu kita selalu diajarkan untuk berlaku hidup sehat. Karena yang mengajarkan kepada saya adalah seorang dokter sudah pasti yg memberi pengajaran tentunya orang yang paham akan dunia kesehatan, penyakit dll yang berhubungan dengan profesinya.
Namun Tuhan berkehendak lain, pada bulan februari 2009 ibu meninggal dunia karena penyakitnya. ada tetangga yang berkata "kok bisa ya ibu terkena penyakit itu? kok bisa ya ibu meninggal ? padahal kan dokter ya? begitulah kira-kira pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelah beliau meninggal.

Umur 53 beliau meninggal meninggalkan 1 orang suami dan 3 orang putra. masing putra berumur 28, 26, 19. dalam hati saya sebagai anak tentu bersedih. dalam usia yang bisa tergolong muda dalam kategori "meninggal". Namun didalam pikiran saya selalu berandai-andai "Alhamdulillah Tuhan memanggil ibu ketika saya telah dewasa". "Alhamdulillah, Tuhan memanggil ibu saya dan bukan ayah saya". mungkin bagi pembaca berpikir "orang ditinggal ibunya kok malah Alhamdulillah"... Klo mindset saya tidak saya arahkan ke hal-hal seperti itu maka sudah pasti saya akan berlarut-larut dalam kesedihan dan tentu saja hal tersebut tidak baik. Andaikata saja Tuhan memanggil Ayah saya .... duarrrrrr.... maka bisa dipastikan kami sekeluarga akan kelabakan. karena apa? ya, hal ini memalukan untuk dikatakan. namun yang pasti kami sekeluarga mungkin tidak akan sanggup bertahan apabila ayah saya yang dipanggil.
padahal secara fisik... umur saya 28 dan adik-adik yang 26 dan 19 merupakan kategori usia produktif, sehingga apabila memang ayah saya yang dipanggil Tuhan seharusnya kita bisa mengatasinya. Nah bisa dibayangkankan lagi apabila orang tua kita/ orang tua saudara-saudara yang lain apabila dipanggil oleh Tuhan di usia yang masih muda atau anak yang masih belum dewasa... wah saya sih gk bisa membayangkan..:-)


2 bulan setelah ibu meninggal datang seorang tetangga menawarkan asuransi pendidikan. kenapa pendidikan? karena tetangga tersebut mengetahui bawah saya baru mempunyai seorang anak yan berusia 4 bulan. pada awal-awal ditemui oleh tetangga tersebut saya acuh tak acuh. tidak terlalu perhatian. ya bersikap seperti rata-rata kebanyakan orang indonesia jika ditawari dengan asuransi. Namun saya bersyukur Tuhan membuka pintu hati saya melalui istri saya.
Istri saya berkata kira-kira seperti ini : "Mas ikut lah program asuransi itu, nanti kalo ada apa-apa seperti ibu, bagaimana dengan anak? ibu yang dokter aja bisa begitu apalagi mas yang sukanya merokok". seperti ungakapan "bagai disambar petir disiang bolong" setelah saya memikirkannya ternyata ucapan istri saya benar juga. sebenarnya istri saya juga tidak begitu antusias dengan asuransi. hanya karena cintanya yang besar terhadap anak maka otaknya berputar sehingga mengeluarkan kalimat seperti tersebut diatas.

Selama 1 bulan agen tetangga tersebut melakukan pendekatan kepada saya sekeluarga dan akhirnya kamipun bergabung dengan salah satu perusahaan asuransi di Indonesia. sejak saat itu saya berpikir "gak lagi-lagi deh berpikir negatif terhadap segala sesuatu"

Rabu, 17 Maret 2010

Asuransi : Adakah Manfaatnya Bagi Saya ?

Asuransi? Duh, untuk apa sih! Demikian gumam saya saat ditawari seorang wanita cantik untuk mengikuti program asuransi. “Maaf mbak, tidak tertarik” saya berkata pada wanita tersebut dan lantas meninggalkannya seorang diri dalam kenestapaan. Dengan menegakkan kepala, saya pun mempercepat langkah saya agar tidak dibuntuti olehnya, sambil mengeluarkan senyuman licik seperti tokoh antagonis di sinetron, seolah berkata, “saya tidak butuh asuransi!”. Itulah pengalaman saya beberapa bulan lalu saat saya berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Saya memang tidak mengerti dan tidak tertarik untuk mengerti -terlebih mengikuti- program asuransi. Adakah kegunaannya? Bukankah hal itu hanya membuang-buang uang saja? Ya, menurut saya demikian. Kalaupun saya memegang uang, lebih baik saya gunakan untuk berbelanja barang-barang yang saya inginkan atau menyimpannya di bank. Sepengetahuan saya, asuransi akan berguna jika manusia mengalami musibah. Lantas saya berpikir, jika demikian, untuk apa mengikuti program asuransi? Toh, tidak ada orang yang mengharapkan dirinya tertimpa musibah. Lagipula, jika memang seseorang tertimpa musibah, itu adalah kehendak Tuhan, jadi tidak perlu dipermasalahkan. Pemikiran saya tersebut membuat saya semakin bingung mengapa semakin hari orang-orang semakin ramai membicarakan asuransi.

Tidak menarik dan tidak penting, demikian anggapan saya mengenai asuransi. Namun, saya kerap bingung ketika menemukan banyak sekali kantor-kantor asuransi dengan berbagai nama di banyak tempat. Ruko-ruko di pinggir jalan yang saya lalui pun tak jarang terdapat kantor asuransi. Bukankah ini tanda bahwa bisnis asuransi semakin berkembang? Bagaimana bisa? Jika memang pemikiran saya benar bahwa asuransi itu tidak penting dan tidak menarik, seharusnya tidak banyak kantor-kantor asuransi seperti kondisi yang saya temui saat ini. Seharusnya, mereka semua mengalami kebangkrutan dan bukannya terus tumbuh. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak saya. Tidak mungkin, asuransi tidak mungkin bisa berkembang di negeri ini, terlebih masih sangat banyak rakyat Indonesia yang hidup dalam garis kemisikinan. Untuk makan saja susah, terlebih untuk mengikuti program asuransi. Namun, mengapa saya menemui banyak perusahaan asuransi kian bermunculan di negeri ini? Mengapa asuransi terus berkembang? Mengapa iklan mereka semakin banyak ditemui? Apakah asuransi memberi keuntungan yang besar bagi nasabahnya? Mengapa mereka kerap menggunakan wanita cantik sebagai sales mereka -dan menutup peluang saya yang tampan ini bekerja untuk itu? Dan mengapa juga sampai-sampai nama auditorium di kampus saya -FISIP UI- pun bernama Auditorium ........(nama perusahaan asuransi)? Sebegitu 'heboh'nya kah asuransi? Apakah asuransi memang benar-benar penting? Lebih penting daripada mengagumi ketampanan diri saya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap kali merasuki otak saya, hingga akhirnya membuat saya memutuskan untuk mencari tahu sebuah fakta: apa pentingnya mengikuti asuransi?

Untuk mencari tahu manfaat mengikuti program asuransi, saya berniat menelepon sebuah perusahaan asuransi. Saya melihat nama perusahaan asuransi di Yellow Pages. Mungkin tepat jika saya menelepon ke perusahaan ini. Hal tersebut tak terlepas dari status perusahaan asuransi yang merupakan perusahaan asuransi terbesar dan tertua di Indonesia. Sebenarnya, saya terkejut ketika mengetahui perusahaan asuransi ini benar-benar berdiri sekitar awal tahun 1900 an ..... dan masih tegak hingga kini. Seharusnya mereka sudah bangkrut sebelum tahun 1945 jika asuransi memang tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan. Tetapi faktanya perushaan asuransi ini masih ada hingga saat ini dan usianya telah mencapai hampir seratus tahun. Fenomena ini semakin membuat saya penasaran dan ingin tahu mengenai apa sebenarnya manfaat asuransi. 2512154, saya tekan tombol-tombol angka tersebut dari telepon rumah saya. Saat nada sambung berbunyi, muncul perasaan ragu di benak saya: apakah saya akan terus menelepon dan mencari tahu informasi mengenai asuransi, atau menutup saja teleponnya? Saya takut sekali saat itu karena saya akan menelepon sebuah perusahaan asuransi, bukan untuk menanyakan layanan tentang asuransi di perusahaan tersebut, malah bertanya tentang manfaat asuransi. Saya berpikir, pasti saya akan dicaci-maki, dibilang bodoh atau merepotkan oleh pengangkat telepon nanti. Saya semakin takut. Namun, karena saya adalah pemuda perkasa dan gagah berani layaknya Prabu Angling Darma, saya memberanikan diri untuk melanjutkan niat semula.

“Selamat siang, ..........,?” suara di seberang telepon. “Uhmm... ini mbak... ehmm... saya ingin bertanya,” sahut saya di telepon dengan malu-malu. Jujur, saya bukan malu karena sedang berbincang dengan suara seksi wanita diujung telepon, tetapi saya malu menanyakan pertanyaan terbesar yang menghantui pikiran saya saat ini: apa manfaat ikut asuransi. Namun, saya tetap memberanikan diri -sudah saya bilang, saya gagah berani dan perkasa. “Mbak, saya mau tanya-tanya tentang asuransi, boleh mbak?” tanya saya kepada wanita tersebut. Tanpa disangka-sangka, telepon saya kemudian disambungkan pada Bapak Rizki, staf Departemen Komunikasi Perusahaan Asuransi tersebut. Saya pun menanyakan berbagai pertanyaan singkat mengenai asuransi kepada Bapak Rizki. Tetapi sayang sekali, saya malah lupa menanyakan pertanyaan utama saya: apakah manfaat asuransi. Saya baru saja melakukan hal yang sangat bodoh: sudah berkesempatan berbincang dengan salah seorang staf departemen komunikasi dari perusahaan asuransi ternama, tetapi justru tidak bertanya perihal pertanyaan utama yang ada dalam benak saya.

Karena malu untuk kembali menelepon Bapak Rizki, saya memutuskan untuk terus mencari tahu tentang asuransi dengan menelusurinya di internet dan membaca buku-buku di perpustakaan. “Hidup itu penuh dengan resiko,” demikian pernyataan Scott E. Harrington dan Gregory R. Niehaus dalam bukunya yang berjudul Risk Management and Insurance. Harrington dan Niehaus -yang merupakan profesor dari University of South Carolina- mendefinisikan resiko sebagai situasi yang penuh dengan ketidakpastian perihal apa yang akan terjadi. Untuk menghadapi resiko tersebut, perlu dilakukan manajemen resiko, dan asuransi adalah salah satu aplikasi manajemen resiko yang terbaik. Selain dari Harrington dan Niehaus, saya juga menemukan pendapat dari Riedel dan Miller mengenai manfaat asuransi. Dalam buku mereka yang berjudul Insurance Principles and Practices, Riedel dan Miller menyatakan berbagai manfaat asuransi, antara lain dapat membuat seseorang berada dalam keadaan aman serta dapat menjadi alat penabung. Lantas, bagaimana dengan pendapat akademisi dari Indonesia? Herman Darmawi, seorang akademisi dari Universitas Andalas, dalam bukunya yang berjudul Manajemen Asuransi juga menyatakan hal yang senada dengan Riedel dan Miller. Herman menyatakan fungsi primer dari asuransi ialah mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpastian. Ia menambahkan, perushaaan asuransi memang tidak kuasa mencegah kerugian-kerugian akibat hal yang tak terduga seperti badai, kecelakaan, kematian, atau sakit, namun perusahaan asuransi dapat mengurangi beban ekonomi dari kerugian-kerugian tersebut. Dari berbagai penelusuran data yang telah saya lakukan, saya berkesimpulan ternyata asuransi memang penting dan bermanfaat, terlebih bagi rakyat Indonesia yang wilayah tempat tinggalnya rentan terjadi bencana alam. Setelah melakukan riset sederhana demi menjawab pertanyaan yang menggerayangi hati dan pikiran saya ini, saya menjadi tertawa sendiri dengan pemikiran awal saya yang menyatakan bahwa asuransi tidak penting dan tidak menarik.

Siang berubah menjadi malam, kepompong berubah menjadi kupu-kupu, dan kecebong berubah menjadi katak. Saya pun demikian. Saya juga berubah menjadi katak. Ya enggaklah, memangnya saya kecebong? Maksud saya, saya pun berubah pikiran mengenai asuransi. Saya yang semula tidak tertarik sama sekali, tampaknya mulai memiliki ketertarikan terhadap hal tersebut. Saya telah mengetahui berbagai manfaat asuransi, dan kini sedang mempertimbangkan untuk mengikuti program asuransi. Tapi... uang darimana? Nah, ini dia permasalahannya. Saya tidak tahu darimana saya mendapatkan uang sebagai premi yang akan saya bayarkan. Uang di dompet nampaknya hanya cukup membeli kebutuhan sehari-hari seperti sesuap nasi dan sebuah tiket bioskop. Tetapi, “when there is a will, there is a way,” demikian seru Om Rizal Malarangeng dalam iklannya yang sempat booming tahun lalu. Saya mungkin memang belum bisa bergabung dengan program asuransi untuk saat ini. Tetapi saya yakin, niat saya akan membuka jalan bagi saya nantinya untuk mengikuti program asuransi. Saya mendapat informasi ada sebuah lomba penulisan esai yang diadakan oleh perusahaan asuransi tersebut. Mungkin, inilah jalannya! Hadiah dari lomba ini mungkin saja bisa saya gunakan untuk premi saya, bukan begitu?

Dikejar-kejar Agen Asuransi, Inilah 9 Tips Cara Menolaknya

Pernahkah Anda didatangi oleh agen asuransi? Atau saat ini malah dikejar-kejar Agen Asuransi. Apa yang ada di benak Anda saat itu? Apakah menurut Anda asuransi ada manfaatnya? Apa persepsi Anda tentang asuransi?. Cukup banyak tanggapan yang muncul, ada yang berkonotasi negatif tetapi ada juga yang positif.

Namun Bagi Anda yang ingin Menolak Asuransi berikut ada Tips Jitu Cara Menolak Asuransi :

1) Saya tidak punya uang untuk beli asuransi

Orang yang tidak mampu membeli asuransi sebenarnya justru orang yang lebih membutuhkan asuransi dibandingkan dengan orang yang mampu membelinya.

Jika anda tidak dapat membayar semua tagihan saat anda sehat dan dapat bekerja, bagaimana mungkin anda akan dapat membayarnya saat anda sakit dan tidak memiliki penghasilan? Asuransi adalah rekening AJAIB yang akan dapat mengurus pembayaran semua tagihan-tagihan lainnya jika anda menderita sakit kritis, cacat tetap, atau meninggal dunia.

Asuransi harus menjadi prioritas pertama, setelah kebutuhan pokok terpenuhi, untuk dibayarkan didalam rencana pengeluaran bulanan anda.

2) Saya masih punya cicilan kredit rumah

Ketika Anda memiliki kredit rumah, anda harus terus menerus membayar sejumlah besar uang selama 10 atau 15 tahun ke depan. Anda memang dapat memenuhi kewajiban tersebut, tapi apakah keluarga anda dapat membayarnya jika anda meninggal dunia atau mengalami cacat tetap sebelum cicilan kredit tersebut selesai? Marilah pastikan keluarga anda akan tetap tinggal di rumah yang indah, rumah yang telah anda berikan bagi mereka untuk selamanya.

3) Saya tidak butuh asuransi

Saya sangat setuju Anda tidak membutuhkannya. Apakah menurut Anda seorang yang menjadi cacat tetap karena suatu kejadian membutuhkan asuransi? Apakah orang yang baru saja terkena serangan jantung & harus mengeluarkan uang 150 juta untuk biaya operasi membutuhkannya ? Apakah orang yang meninggal dunia membutuhkannya ?

Ya ! mereka membutuhkannya tetapi tidak dapat membelinya pada saat itu.

Asuransi harus dibeli justru pada saat Anda tidak membutuhkannya. Karena pada saat Anda membutuhkannya, mungkin Anda sudah tidak dapat membelinya lagi. itulah Asuransi. Anda hanya dapat membeli asuransi ketika Anda sehat. Anda membeli asuransi dengan kesehatan Anda dan membayarnya dengan uang Anda. Jika Anda tidak lolos pemeriksaan kesehatan, maka Anda tidak akan dapat membeli asuransi walaupun Anda memiliki uang.

Inilah saat yang tepat bagi Anda untuk membeli asuransi.

4) Saya diskusikan dulu dengan istri saya

Jika Anda menanyakan kepada istri Anda apakah Anda perlu membeli asuransi jiwa, maka istri Anda pasti berpikir, "Jika saya meminta suami saya untuk membeli, mungkin suami saya akan mengira bahwa saya mengharapkan suami meninggal agar saya menjadi seorang janda kaya"

Namun jauh di dalam hati & pikirannya mungkin ia memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya dan anak-anaknya, jika suaminya meninggal dunia. Bagaimanapun juga Anda telah menempatkan istri Anda ke dalam keadaan yang sulit.

Asuransi adalah hadiah yang terbaik yang Anda belikan untuk istri Anda. Anda tidak perlu berdiskusi dengannya. Anda dapat langsung membelinya. Setelah Anda menerima polisnya barulah Anda bawa polis tersebut & berkatakan padanya : "Kekasihku, sepanjang masa hidupku aku akan menjaga dan mencukupi segala kebutuhan kita, makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan anak kita. Tetapi jika suatu hari nanti saya meninggal dunia, maka polis inilah akan menjagamu serta mencukupi setiap kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan sama seperti yang sekarang saya sediakan. Sebesar inilah cintaku padamu dan pada keluarga kita" Itulah bukti sesungguhnya dari cinta Anda. Istri Anda akan semakin mencintai Anda.

5) Saya ingin membandingkan dengan Asuransi perusahaan lain

Ini adalah gagasan yang baik, tahukah Anda ada berapa puluh perusahaan asuransi jiwa di Indonesia dan jika Anda tidak membuat perbandingan dengan setiap perusahaan tersebut maka Anda tidak akan sungguh-sungguh tahu apakah Anda telah mendapatkan yang terbaik. Betulkah demikian ?

Ada satu kelemahannya. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada diri Anda selama masa Anda membanding-bandingkan semua perusahaan ini ? Anda telah yakin bahwa Anda membutuhkan perlindungan. Sementara Anda akan melakukan perbandingan, bukankah sebaiknya Anda sudah dilindungi terlebih dahulu ?

Jadi sementara Anda membandingkan, Anda dapat menikmati perlindungan cuma-cuma dengan fasilitas "FREE LOOK" sehingga selama 2 minggu setelah menerima polis, Anda dapat membuat perbandingan dengan tenang.

6) Biarlah Tuhan yang menyediakan segalanya

Ya, Anda benar, saya sependapat dengan Anda. Dan kalau Anda sadar Tuhan yang telah mengirim saya untuk menolong Anda dan itu sebabnya saya ada di sini dan datang kepada Anda.

Tuhan yang memelihara kita dan menyediakan segala kebutuhan kita. Tuhan juga telah melengkapi kita dengan kepandaian & kebijaksanaan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Tetapi apakah Anda hanya tinggal diam di kamar tidur sepanjang hari? Tentu tidak kan..?

7) Anda terlalu memaksa, saya tidak mau membeli dari Anda

Jika Anda tidak ingin membelinya dari saya, tidak masalah. Jika saya terlalu mendesak Anda, saya mohon maaf. Tidaklah penting bahwa Anda membeli asuransi ini dari saya, tetapi saya mohon setelah Anda membaca ini, tolong segera angkat telpon Anda dan panggilah agen lain.

Saya mohon maaf sekali lagi kalau saya telah berbuat kesalahan, kadangkala saya tanpa sadar terlalu memaksa calon klien. Namun saya benar-benar tulus & jujur melakukannya.

Ketika anak saya menolak minum obat ketika dia sakit, saya akan memaksanya walaupun dia tidak suka. Demi kebaikan dia karena saya tahu bahwa setelah makan obat dia akan sembuh. Saya juga melakukan hal yang sama sekarang, saya memaksa Anda demi kebaikan Anda sendiri.

Apakah Anda pernah melihat dokter yang memaksa pasiennya untuk menjalani operasi ? Mereka percaya dan yakin pada apa yang mereka lakukan, demikian juga saya percaya & yakin pada apa yang saya lakukan. Saya percaya dengan tulus bahwa semua orang memerlukan asuransi.

8) Teman saya juga agen lho, aku akan ambil dari dia

Jikalau Anda memiliki teman baik yang juga menjadi agen asuransi jiwa, seharusnya saat ini Anda telah memiliki polis asuransi. Ketika ternyata Anda belum memiliki polis asuransi, maka orang tersebut bukanlah sahabat sejati Anda, tetapi sayalah teman Anda.

Yang namanya temen sejati adalah orang yang bisa bantu kita pada saat kita kesusahan. Kalo kita masuk rumah sakit, biasanya teman kita bawa buah, agen asuransi bawa duit. Saya ingin menjadi teman yang memaksa Anda untuk menandatangani surat pengajuan polis saat ini yang akan memberikan jaminan keamanan bagi keluarga Anda.

9) Asuransi bertentangan dengan agama saya

Sahabat netter, berapakah uang yang biasa Anda gunakan untuk kebutuhan makanan sehari-hari keluarga Anda ?

Jika Rp 50 ribu per hari atau setahunnya setara dengan Rp 50 ribu x 365 hari = Rp 18,5 juta rupiah. Dengan demikian, jika Anda membeli program asuransi senilai 200 juta rupiah, maka ini akan menyediakan cukup untuk makan keluarga Anda selama 10 tahun mendatang.

Apakah Tuhan akan menghukum Anda karena Anda telah menyediakan makanan untuk keluarga Anda jika Anda meninggal dunia atau cacat tetap ? Tidak ada agama yang menyatakan bahwa membeli asuransi jiwa itu bertentangan dengan agama.

Menurut agama Islam, dosa hukumnya jika Anda tidak menyediakan kebutuhan keluarga Anda walaupun Anda sedang tidak berada di sekitar mereka.

Ada seseorang sahabat yang mengatakan bahwa asuransi bertentangan dengan agamanya dan ia tidak ingin membeli polis apapun.

Ia menjalankan sebuah usaha. Setiap kali saya melakukan perjalanan ke luar kota, saya akan mampir ke rumah makan tersebut untuk minum teh dan makan, semabari beristirahat.

Suatu hari ketika saya mampir ke sana, saya melihatnya berjalan pincang saat melayani saya. Saya menanyakan apa yang terjadi. ia berkata bahwa baru 3 bulan sebelumnya ia menjalani operasi by pass jantung. saya menasihati dia agar beristirahat, namun ia mengatakan bahwa ia harus membuka usahanya selama 24 jam sehari untuk membayar hutang-hutangnya. ia terpaksa harus meminjam uang sebesar 150 juta rupiah kepada sanak saudaranya untuk biaya operasi tersebut.

Saya menanyakan di mana istrinya berada? Ia mengatakan bahwa istrinya sedang berjualan makanan di kantin sekolah agar mendapatkan uang tambahan untuk membayar pinjamannya.

Ia berkata bahwa ia menyesali keputusannya untuk tidak mengikuti program asuransi yang saya tawarkan pada saat sebelum semua hal tersebut terjadi. Jika ia membeli program asuransi tersebut ia tidak perlu membuka rumah makannya selama 24 jam dan menderita untuk melunasi hutangnya.

Ia mengatakan lagi bahwa Ia juga tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi dengan keluarganya jika ia meninggal dalam operasi. bagaimana cara keluarganya harus melunasi hutang-hutangnya. Orang inilah yang mengatakan kepada saya bahwa ia tidak tertarik untuk membeli asuransi, hanya karena hal itu bertentangan dengan agamanya.

Ia berkata "Saya telah menerima informasi yang salah yang mengatakan bahwa asuransi jiwa bertentangan dengan agama saya. sekarang saya merasa bahwa justru dengan saya tidak membeli asuransi jiwa itulah bertentangan dengan agama saya, karena saya telah membuat keluarga saya menderita dan membuat istri saya terpaksa harus mengemis pada keluarganya untuk membiayai operasi saya. saya telah membuat dia susah".

Jadi apapun alasan Anda .... Memiliki sebuah Polis Asuransi adalah Pilihan Cerdas.

"Memang benar dan saya yakin Anda telah mengatakan hal sebenarnya, Anda sering dikejar oleh agen-agen asuransi, tapi disaat yang sama apakah bapak bapak sadar kalo kematian juga sedang mengejar Anda?, begitu kematian mendapatkan anda tidak akan ada lagi agen yang akan mengejar Anda, kan lebih baik saya (Agen Asuransi) yang mendapatkan bapak terlebih dahulu sebelum kematian yang mendapatkan Anda"

Salam Cerdas

Wiwit Prayitno, S.Pt, N.Md


Senin, 15 Maret 2010

akhirnya selese juga membuat blog (kurang lebih 1 jam, maklum newbie)....setelah tanya saudara idham yang lagi nongkrong di kota bandung...
kurasa cukup dulu sampai disini deh....mata dah 1 watt.....hoammm