Kamis, 18 Maret 2010

Malam Pertama Dengan Asuransi

Saya merupakan 1 dari berjuta-juta orang indonesia yang apabila ditawari dengan asuransi maka akan melakukan jurus-jurus maut untuk menolak penawaran tersebut. pemikiran akan hal tersebut berlangsung sampai dengan saya berumur 28 atau tepat nya pada bulan April 2009.

Pada awal tahun 2009 bulan Februari, ibu saya yang berumur 53 tahun meninggal akibat penyakit Hepatitis C (Sirosis Hati/Kanker Hati). Perlu diketahui bahwa beliau adalah dokter dan pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Pada umumnya orang melihat bahwa dokter adalah orang yang biasa menyembuhkan berbagai penyakit pasien-pasiennya. sehingga bisa dikatakan bahwa seorang dokter pasti terbiasa untuk hidup sehat. Dan dalam pemikiran saya sebagai putranya yang biasa diasuh dan di didik oleh ibu yang berprofesi sebagai seorang dokter sudah barang tentu kita selalu diajarkan untuk berlaku hidup sehat. Karena yang mengajarkan kepada saya adalah seorang dokter sudah pasti yg memberi pengajaran tentunya orang yang paham akan dunia kesehatan, penyakit dll yang berhubungan dengan profesinya.
Namun Tuhan berkehendak lain, pada bulan februari 2009 ibu meninggal dunia karena penyakitnya. ada tetangga yang berkata "kok bisa ya ibu terkena penyakit itu? kok bisa ya ibu meninggal ? padahal kan dokter ya? begitulah kira-kira pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelah beliau meninggal.

Umur 53 beliau meninggal meninggalkan 1 orang suami dan 3 orang putra. masing putra berumur 28, 26, 19. dalam hati saya sebagai anak tentu bersedih. dalam usia yang bisa tergolong muda dalam kategori "meninggal". Namun didalam pikiran saya selalu berandai-andai "Alhamdulillah Tuhan memanggil ibu ketika saya telah dewasa". "Alhamdulillah, Tuhan memanggil ibu saya dan bukan ayah saya". mungkin bagi pembaca berpikir "orang ditinggal ibunya kok malah Alhamdulillah"... Klo mindset saya tidak saya arahkan ke hal-hal seperti itu maka sudah pasti saya akan berlarut-larut dalam kesedihan dan tentu saja hal tersebut tidak baik. Andaikata saja Tuhan memanggil Ayah saya .... duarrrrrr.... maka bisa dipastikan kami sekeluarga akan kelabakan. karena apa? ya, hal ini memalukan untuk dikatakan. namun yang pasti kami sekeluarga mungkin tidak akan sanggup bertahan apabila ayah saya yang dipanggil.
padahal secara fisik... umur saya 28 dan adik-adik yang 26 dan 19 merupakan kategori usia produktif, sehingga apabila memang ayah saya yang dipanggil Tuhan seharusnya kita bisa mengatasinya. Nah bisa dibayangkankan lagi apabila orang tua kita/ orang tua saudara-saudara yang lain apabila dipanggil oleh Tuhan di usia yang masih muda atau anak yang masih belum dewasa... wah saya sih gk bisa membayangkan..:-)


2 bulan setelah ibu meninggal datang seorang tetangga menawarkan asuransi pendidikan. kenapa pendidikan? karena tetangga tersebut mengetahui bawah saya baru mempunyai seorang anak yan berusia 4 bulan. pada awal-awal ditemui oleh tetangga tersebut saya acuh tak acuh. tidak terlalu perhatian. ya bersikap seperti rata-rata kebanyakan orang indonesia jika ditawari dengan asuransi. Namun saya bersyukur Tuhan membuka pintu hati saya melalui istri saya.
Istri saya berkata kira-kira seperti ini : "Mas ikut lah program asuransi itu, nanti kalo ada apa-apa seperti ibu, bagaimana dengan anak? ibu yang dokter aja bisa begitu apalagi mas yang sukanya merokok". seperti ungakapan "bagai disambar petir disiang bolong" setelah saya memikirkannya ternyata ucapan istri saya benar juga. sebenarnya istri saya juga tidak begitu antusias dengan asuransi. hanya karena cintanya yang besar terhadap anak maka otaknya berputar sehingga mengeluarkan kalimat seperti tersebut diatas.

Selama 1 bulan agen tetangga tersebut melakukan pendekatan kepada saya sekeluarga dan akhirnya kamipun bergabung dengan salah satu perusahaan asuransi di Indonesia. sejak saat itu saya berpikir "gak lagi-lagi deh berpikir negatif terhadap segala sesuatu"

0 komentar:

Posting Komentar